Sri Susanty, M.Par
Dosen Akademi Pariwisata Mataram
The article “Student as a Representative of Indonesian Tourism Abroad” is a study, which start from an idea to employ Indonesian students who are studying abroad. Employing those students is an effective solution for problem of tourism promotion especially copes with financial and human resources. Those students have a great potential and opportunity to promote Indonesian tourism abroad.
To make the activity effectively the students should be equipped with the knowledge while they are arranging their documents and scholarship. They should be equipped with the knowledge of culture, tourist object and tourist attractions in Indonesia; the attitude that should be had as a tourism representative; and ability in mastering and presenting the promotion materials. The materials are about attraction, accessibilities, amenities, and ancillary services.
The student can promote in every chances. They can promote to civitas academic, roommate or student village, host, the environment where the student socialize or in the tourism event that is conducted by the Indonesian government, or they can promote when they stick together with the other. The possible promotion media that can be used by the students in gathering the potential tourist are direct promotion, mass media and electronic media, giving a souvenir, exhibition/expo, table top, road show, culture stage performance and sale promotion.
Key terms: students, promotion, representative, tourism.
1 PENDAHULUAN
Promosi merupakan komponen yang sangat penting dalam kepariwisataan. Semua orang sepakat dengan hal ini. Meskipun beberapa destinasi di Indonesia sudah melegenda dalam ingatan wisatawan internasional seperti Bali yang mendapatkan gelar the island of god, Tana Toraja dengan keunikan budaya masyarakatnya, Pulau Bunaken dengan keindahan bawah lautnya, NTT dengan keberadaan binatang purba Komodo serta ribuan keunikan daya tarik lainnya, tetap promosi masih harus dilakukan. Promosi dalam industri pariwisata menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menginformasikan produk wisata, membujuk dan mengingatkan para wisatawan aktual dan potensial untuk membeli produk wisata yang ditawarkan. Tidak bisa dipungkiri, diversifikasi produk dan kegiatan pemasaran yang dilakukan negara pesaing untuk menarik wisatawan berkunjung ke destinasi mereka semakin gencar. Untuk mendukung aktivitas tersebut, mereka tidak segan untuk mengalokasikan dana promosi yang sangat besar.
Calon wisatawan potensial mengambil keputusan untuk mengunjungi suatu destinasi sangat dipengaruhi oleh citra destinasi yang akan dikunjungi. Kegiatan promosi menjadi urgen mengingat pariwisata adalah sebuah ’industri citra’ yang menjual jasa layanan. Peran citra ini semakin jelas kalau dilihat ciri-ciri produk wisata secara luas, yaitu bersifat intangible, tidak dapat dipindahkan, pengunjung harus datang langsung ke tempat dimana produk wisata dihasilkan, proses produksi dan konsumsi terjadi secara bersamaan, tidak dapat disimpan atau ditimbun, sangat subjektif, tergantung pada tenaga manusia, dipengaruhi faktor-faktor non ekonomi misalnya faktor keamanan, pengunjung tidak dapat mencicipi produk sebelum dibeli dan produk yang ditawarkan tidak tahan lama.
Walaupun eksistensi kepariwisataan Indonesia sudah melekat di mata wisatawan namun di balik itu, tidak terbantahkan bahwa kondisi kepariwisataan kita sarat dengan masalah. Mulai dari tidak jelas dan menurunnya pencitraan kawasan, kriminalitas yang menjarah barang wisatawan bahkan mengancam keselamatan mereka, isu lingkungan yang melebihi batas ambang, polusi dan ketersesakkan yang mudah dijumpai di setiap kawasan wisata. Gambaran tersebut telah merusak citra pariwisata Indonesia di mata internasional.
Untuk mengembalikan citra tersebut diperlukan kerja keras dan penanganan secara simultan. Beban ini diletakkan pada pundak semua pihak yang merasakan multiplier effect pariwisata. Hotel, restoran, biro perjalanan, pengelola daya tarik wisata serta pemerintah sebagai garda terdepan dan lokomotif penggeraknya. Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam proses pencitraan dan promosi ke mancanegara. Citra merupakan sebuah mental map wisatawan terhadap suatu objek dan daya tarik wisata. Nilai kebenarannya rendah karena citra diciptakan dari informasi dan khayalan. Bukan perkara mudah untuk menciptakan mental map wisatawan sehingga mereka bermimpi untuk melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
Dalam menjalin hubungan dengan wisatawan potensial, hendaknya perlu diketahui perilaku wisatawan. Ini untuk mengetahui pendekatan apa yang sesuai dalam menjalin hubungan abadi dengan mereka. Perilaku wisatawan menggambarkan bagaimana seorang wisatawan mengambil keputusan dalam memanfaatkan materi dan waktu luangnya untuk melakukan perjalanan wisata. Oleh karena itu penting juga untuk diketahui apa yang diinginkan oleh seorang wisatawan saat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata, mengapa daerah tujuan wisata itu yang dipilih, kapan dia memutuskan untuk melakukan kunjungan, dan bagaimana suatu daerah tujuan wisata tersebut dikunjungi.
Globalisasi yang ditandai dengan derasnya arus teknologi dan informasi mempengaruhi perilaku wisatawan secara signifikan. Perubahan minat/motivasi, pola konsumsi, maupun faktor demografis lainnya dari calon wisatawan di negara asal menyebabkan perubahan pada permintaan liburan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hall dan Weiler (1992:1) bahwa peningkatan pendapatan perkapita, waktu liburan yang lebih panjang, dan komposisi demografis memberikan peluang bagi calon wisatawan untuk tidak sekedar berkunjung ke destinasi yang murah namun lebih ditentukan nilai kepuasan yang akan didapatkan (tourist satisfaction) yang bermuara pada pengambilan keputusan (travel decision) untuk memilih destinasi yang akan dituju.
Di dunia kepariwisataan, pembentukan nilai kepuasan wisatawan dapat dimulai dengan mengenali wisatawan potensial, memberikan kepercayaan, dan memenuhi harapan mereka yang dimulai pada saat calon wisatawan masih berada di negara asalnya. Harapan yang mereka inginkan salah satunya tersedianya sumber informasi yang mudah, murah, menarik, dan mampu memberikan gambaran yang utuh tentang suatu destinasi. Ini salah satu strategi memanjakan wisatawan supaya tidak berpaling ke destinasi lain.
Wisatawan memperoleh informasi bukan hanya melalui biro perjalanan tapi juga lewat media-media lain seperti internet, majalah, surat kabar, brosur, televisi, dan VCD yang terbukti mampu mengalihkan orientasi kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, perubahan perilaku wisatawan tersebut harus direspon dengan kegiatan promosi yang terus menerus. Momentum ini sangat tepat supaya ingatan mereka tentang destinasi di Indonesia terus melekat hingga saatnya nanti mereka mengaktualkan perjalanannya.
Dengan logika di atas, maka seharusnya aktivitas promosi dilakukan secara sungguh-sungguh, secara profesional, dan ditangani oleh sebuah lembaga/badan/institusi yang khusus bekerja untuk itu. Kita berharap kegiatan promosi dapat dilaksanakan secara konsisten dan simultan. Namun secara empiris, kegiatan promosi untuk menyasar wisatawan di luar negeri dihadapkan pada suatu problem klasik yaitu minimnya sumber dana dan sumber daya manusia. Walaupun begitu tetap harus dicarikan solusi alternatif agar kegiatan promosi tetap dilakukan namun tidak memerlukan dana yang besar serta dilakukan oleh sumber daya manusia yang edukatif sehingga substansi promosi bisa tepat sasaran.
Pilihan tersebut bisa dibebankan pada pundak mahasiswa Indonesia yang sedang menjalankan pendidikan di luar negeri. Mereka inilah yang terpilih sebagai mitra pemerintah dalam memberikan pencerahan dan mem-breakdown berbagai daya tarik wisata di masing-masing daerah asal mahasiswa khususnya dan Indonesia secara universal. Menurut ulasan dalam majalah Intisari edisi Maret 2008, mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri dengan program beasiswa cukup banyak. Mereka kebanyakan mengambil program pendidikan di Amerika, Belanda, dan Australia yang kebetulan ketiga negara tersebut merupakan tourist receiving countries bagi Indonesia. Jumlah mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di luar negeri ini tiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Juga peningkatan pemberian beasiswa oleh pihak sponsor dari berbagai negara maju seperti American Indonesia Exchange Foundation (AMINEF), Studeren in Nederland (StuNed) dan Australian Development Scholarships (ADS). Program beasiswa ke luar negeri juga diberikan oleh Pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Perguruan Tinggi, dan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pemberdayaan mahasiswa sebagai duta promosi kepariwisataan Indonesia sangat tepat mengingat beberapa alasan. Pertama, efisensi dana. Pelibatan mahasiwa tidak memerlukan biaya banyak karena keberangkatan mereka ke luar negeri tidak secara langsung dibiayai pemerintah untuk kegiatan promosi tapi untuk melanjutkan pendidikan yang dibiayai oleh mereka sendiri atau oleh sponsor yang memberikan beasiswa. Penggunaan biayanya nanti lebih banyak untuk material promosi bukan untuk operasional kegiatan promosi.
Kedua, negara yang dituju umumnya negara maju yang penduduknya menjadi sumber wisatawan internasional. Globalisasi melahirkan kecenderungan wisatawan dunia terutama dari negara-negara industri yang memiliki disposible income, waktu luang, kemajuan komunikasi, teknologi dan transportasi untuk melakukan perjalanan wisata. Mahasiswa diperankan sebagai starting point yang akan membuka simpul bagi tersebarnya informasi keberadaan kepariwisataan di Indonesia juga sebagai ”team penjemput dan penyambut tamu” di negara asal wisatawan tersebut.
Ketiga, berpendidikan dan memiliki kompetensi tinggi terutama kecakapan dalam berbahasa asing. Selama ini hambatan mendasar dalam promosi daya tarik wisata di Indonesia yaitu rendahnya kecakapan dan kemampuan sumber daya insani pariwisata dalam berkomunikasi. Hambatan dalam berkomunikasi tersebut bisa dijembatani oleh mahasiswa. Bahkan di negara pangsa pasar baru seperti Jepang, Korea, dan Timur Tengah yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibunya, peranan mahasiswa menjadi lebih besar. Biasanya mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di negara-negara yang dimaksud harus bisa berbahasa nasional negara tersebut. Eksistensi mahasiswa ini sangat membantu dalam menjembatani kebuntuan komunikasi di calon wisatawan di negara asal wisatawan.
Keempat, mereka bermukim dalam jangka waktu lama sehingga intensitas kegiatan promosi berlangsung lama dan kontinyu. Mahasiswa memiliki banyak waktu untuk mempromosikan keindahan dan keunikan atraksi wisata negara kita. Pemberian informasi yang terus menerus memberikan citra yang mendalam terhadap suatu destinasi. Citra yang tercipta menimbulkan mimpi bagi wisatawan potensial untuk melakukan perjalanan dan ada keinginan yang besar untuk merealisasikan mimpinya suatu hari.
Kelima, lebih memahami budaya masyarakat negara yang dituju. Pemahaman budaya ini menjadi penting sehingga tercipta cross culture understanding yang berimplikasi terhadap pemberian informasi sesuai dengan like and dislike budaya mereka. Pemahaman tentang budaya negara asal wisatawan sangat penting dalam menentukan jenis informasi yang diberikan serta media informasi yang relevan sehingga lebih efisien dan efektif dari segi dana dan waktu.
Keenam, terjalinnya hubungan kekerabatan baru dengan warga negara asing sedikit tidaknya menimbulkan keinginan mereka untuk mengunjungi negara asal mahasiswa. Untuk membangkitkan minat calon wisatawan tersebut, mahasiswa perlu dibekali dengan informasi bukan hanya sekedar daya tarik wisata yang ada tapi juga faktor keamanan, ekonomi, dan sosial politik. Mengetahui perbedaan dan keunikan budaya negara lain menjadi salah satu motivasi wisatawan melakukan perjalanan wisata.
Ketujuh, mahasiswa yang kuliah di luar negeri umumnya mengambil kelas internasional. Artinya, mahasiswa di kelas tersebut berasal dari berbagai negara di dunia bahkan berasal dari negara yang selama ini belum tersasar menjadi objek pemasaran kepariwisataan Indonesia seperti di negara Afrika dan Amerika Latin. Keberadaan mereka yang heterogen memperluas jaringan penyebaran informasi. Terciptanya jaringan yang luas ini berdampak positif terhadap semakin meluasnya pangsa pasar pariwisata Indonesia di dunia internasional.
Kedelapan, pemberian informasi tentang kondisi kepariwisataan Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa lebih dipercayai. Mahasiswa yang menyandang gelar akademisi dan intelektual kredibilitasnya lebih dipercayai dalam mentransformasi suatu informasi secara benar dan akurat. Apalagi jika pemberian informasi tersebut disertai dengan bukti konkrit berupa gambar atau video.
Kesembilan, mahasiswa Indonesia di luar negeri juga menjadi duta yang efektif untuk menarik wisatawan domestik. Yang menjadi sasaran promosi adalah rekan sesama mahasiswa Indonesia tetapi berasal dari provinsi ataupun kabupaten yang berbeda. Keanekaragaman potensi alam, keunikan budaya suatu daerah, cita rasa masakan yang menggugah selera, berbagai macam souvenir yang menarik dan kemudahan-kemudahan dalam mengunjungi tempat wisata di Indonesia memunculkan kerinduan bagi mahasiswa Indonesia untuk melakukan perjalanan wisata keliling nusantara ketika mereka pulang ke Indonesia nanti.
Beberapa alasan tersebut cukup menjadi argumen kuat dalam pemilihan mahasiswa sebagai duta promosi pariwisata Indonesia di luar negeri. Untuk mendukung hal tersebut perlu dilakukan pembekalan terhadap mahasiswa dan pemilihan media promosi yang tepat agar kegiatan promosi yang dilakukan berdaya guna dan tepat guna.
II. Pembahasan
Konsep promosi
Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang sangat penting dilakukan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya. Seperti diketahui bahwa bauran pemasaran adalah merupakan sekumpulan variabel-variabel yang dapat digunakan oleh mempengaruhi tanggapan konsumen (Kotler dalam Suradnya, 1985:29).
Lebih rinci Asri (1991:357) menyatakan bahwa promosi adalah segala usaha yang dilakukan dalam penjualan untuk memperkenalkan produk kepada calon konsumen dan membujuk mereka agar melakukan pembelian atau kegiatan penyaluran informasi tentang barang atau jasa yang dijual dengan maksud untuk merubah pola perilaku konsumen.
Berkenaan dengan pola sikap dan perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh produsen agar target penjualan dan jasa yang ditawarkan tercapai, maka Sigit (1992:53) menyatakan bahwa: promosi adalah setiap bentuk komunikasi yang digunakan oleh perusahaan (pemasar) untuk memberitahu (informasi), membujuk atau mengingatkan orang mengenai produk, jasa, bayangan (image), gagasan (idea) atau ketertiban perusahaan dan masyarakat dengan maksud yang dikehendaki oleh perusahaan (pemasar).
Sedangkan Gitosudarmo (1997:237) menyatakan bahwa: promosi adalah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut.
Dari ketiga definisi di atas pada pokoknya sama meskipun penekanannya berbeda. Asri (1991) lebih mendorong terjadinya perubahan terhadap pola perilaku konsumen yang terlebih dahulu dipengaruhi. Sedangkan Sigit (1992) dan Gitosudarmo (1997) lebih menekankan untuk membujuk serta mempengaruhi konsumen agar menjadi kenal, senang dan akhirnya membeli produk tersebut
Berkenaan dengan tujuan promosi Alma (1998:133) menjelaskan bahwa tujuan utama promosi adalah untuk memberi informasi, menarik perhatian dan selanjutnya memberi pengaruh (membujuk/persuasif) guna meningkatkan penjualan. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Schoell (1993: 424) ”Promotion objectives are to gain attention, to teach, to remain, to persuade and to reassure”. Kutipan ini menyebutkan bahwa tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan.
Inti kegiatan promosi adalah komunikasi. Hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif adalah kepada siapa akan disampaikan, apa yang akan disampaikan, siapa yang akan menyampaikan, bagaimana cara menyampaikan, dan kapan mesti disampaikan.
Pemberdayaan Mahasiswa sebagai Duta Promosi Pariwisata Indonesia
Menuntut mahasiswa sebagai duta promosi bukanlah hal mudah. Aktivitas ini hanya mau dilakukan oleh mahasiswa yang memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi serta mempunyai komitmen kuat dalam memajukan bangsa dan negara. Untuk itu perlu dilakukan upaya pembekalan dan pemberian motivasi kepada mereka. Usaha pemberdayaan mahasiswa ini harus melibatkan semua pihak yang terkait dan diperlukan koordinasi yang baik. Pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan ini terdiri atas Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, Depertemen Pendidikan Nasional, Departemen Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), dan Perguruan Tinggi.
Masing-masing pihak di atas memiliki peranan masing-masing dan harus ada sinergi yang kuat dalam menjalankan peranannya tersebut. Departemen Pariwisata dan Kebudayaan berperan dalam penyediaan materi dan jadwal kegiatan promosi di luar negeri. Depertemen Pendidikan Nasional dan Perguruan Tinggi bertanggung jawab terhadap pembagian materi promosi juga peningkatan kompetensi mahasiswa dalam berpromosi. Kompetensi mahasiswa yang harus dibina meliputi pengetahuan (knowledge) tentang budaya, daya tarik wisata di Indonesia; sikap (attitude) yang harus ditunjukkan sebagai duta promosi pariwisata Indonesia; dan kemampuan (skill) dalam menguasai dan menyampaikan materi promosi.
Arahan terhadap mahasiswa untuk menjadi duta pariwisata dan pemberian materi promosi dapat dilakukan pada saat mahasiswa dalam proses pengurusan beasiswa (bagi mahasiswa yang mendapatkan beasiswa) atau dapat juga dilakukan oleh Departemen Luar Negeri atau KBRI pada saat mahasiswa mengurus dokumen. Peranan KBRI sangat penting terutama dalam memantau dan mengingatkan kembali mahasiswa akan peran mereka sebagai duta pariwisata. KBRI juga berperan dalam penyelenggarakan even yang memungkinkan kegiatan promosi pariwisata bisa dilakukan seperti perayaan Hari Kemerdekaan, Idul Fitri, Hari Natal atau perayaan hari besar lainnya.
Materi Promosi
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan panorama alam yang indah sehingga berpotensi sebagai daerah tujuan wisata (DTW). DTW atau dalam bahasa asingnya disebut tourist destination area adalah tempat atau daerah yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu-lintas dan fasilitas-fasilitas kepariwisataannya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan (Pendit, 2002:66).
Menurut Cooper et al.(1993:81), destinasi adalah pusat dari segala fasilitas dan pelayanan yang telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Disebutkan juga bahwa suatu wilayah dapat dikatakan sebagai destinasi, jika pada tempat atau wilayah tersebut sudah terdapat 4 (empat) “A” yaitu: atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibilities), amenitas atau fasilitas (amenities), dan ancillary services.
Materi yang dipromosikan oleh mahasiswa adalah mengenai daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Cooper (1993), materi promosi memuat tentang 4 (empat) “A” menurut Cooper et al.(1993:81) yaitu:
1. Atraksi (attraction) yaitu objek dan daya tarik wisata yang meliputi: sumber daya alami (natural resources), sumber daya buatan manusia (man made resources), dan sumber daya manusia (human resources).
Sumber daya alami yaitu segala potensi pariwisata yang tersedia di alam semesta yang dapat menjadi daya tarik wisata. Sumber daya ini meliputi: (a) iklim, seperti udara yang bersih, sejuk, sinar matahari, dan bulan purnama; (b) tata letak dan pemandangan seperti hamparan sawah, pegunungan dengan panorama yang indah, danau, sungai, pantai, gua, air terjun dan ngarai; (c) flora dan fauna; (d) pusat kesehatan alami seperti sumber air panas dan sumber air mineral; (e) sumber daya alami lainnya seperti api alam, gas alam dan sumber minyak.
Sumber daya buatan manusia yaitu segala potensi pariwisata yang merupakan hasil karya manusia, yang dapat berupa: (a) monumen dan benda-benda peninggalan sejarah yang merupakan karya seni dan budaya manusia; (b) tempat-tempat seni dan budaya seperti museum, gedung kesenian, perpustakaan, pusat perbelanjaan dan industri kerajinan tangan; (c) tempat-tempat suci peribadatan seperti masjid, gereja, pura, vihara, dan katedral.
Sumber daya manusia yaitu potensi pariwisata yang berkaitan dengan aktivitas yang merupakan bagian dari kehidupan manusia di dalam masyarakat seperti: upacara pernikahan tradisonal, upacara pembakaran mayat di Bali, upacara penguburan mayat di Tana Toraja, dan upacara Sekaten di Jogya
2. Aksesibilitas (accessibilities) yaitu kemudahan untuk mencapai objek seperti tersedianya prasarana perhubungan (berupa jaringan jalan raya, jaringan rel kereta api, pelabuhan udara, pelabuhan laut, stasiun, terminal, transportasi lokal dan terminal) dan sarana transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara.
3. Amenitas atau fasilitas (amenities) yaitu sarana kepariwisataan yang meliputi 3 kelompok yang terdiri atas: (a) sarana pokok pariwisata seperti akomodasi, restoran, dan agen perjalanan; (b) sarana pelengkap pariwisata berupa fasilitas rekreasi dan olahraga seperti lapangan golf, tenis, ski, tempat berburu, dan fotografi; (c) sarana penunjang pariwisata seperti nigh club, kasino dan souvenir shop.
4. Ancillary services yaitu bentuk dari wadah organisasi pariwisata seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.
Sasaran, Waktu dan Media Promosi
Pelaksanaan kegiatan promosi bisa dilakukan mahasiswa setiap ada peluang. Tidak tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Begitupun juga dengan objek yang menjadi sasaran promosi. Bisa dilakukan terhadap seluruh civitas akademika tempat mereka mengenyam pendidikan, rekan sesama apartemen atau student village, orang tua asuh, lingkungan dimana mahasiswa bersosialisasi, pada saat ada even promosi pariwisata Indonesia yang diselenggarakan oleh pemerintah, atau bisa dilakukan saat berkumpul di KBRI jika yang dijadikan objek promosi adalah mahasiswa asal Indonesia.
Penentuan media promosi yang tepat sangat berpengaruh dalam proses penyampaian informasi kepada calon wisatawan potensial. Media promosi yang memungkinkan untuk dipergunakan mahasiswa dalam menjaring wisatawan potensial meliputi:
1. Promosi langsung. Pemberian informasi secara tatap muka merupakan cara efektif untuk menanamkan pilihan calon wisatawan. Dibandingkan dengan media lain, promosi langsung ini mempunyai tiga keuntungan khusus sebagai berikut: (1) berhadapan langsung dengan calon wisatawan. Promosi secara tatap muka melibatkan hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. (2) Keakraban. Promosi tatap muka memungkinkan terciptanya hubungan pribadi yang mendalam. (3) Tanggapan. Dalam promosi tatap muka calon wisatawan merasa ada keharusan untuk mendengarkan pembicaraan karena adanya hubungan keakraban yang tercipta atau sekedar menghargai informan yang sedang berbicara.
2. Media cetak dan elektronik seperti brosur, leaflet, pamflet, VCD, slide, majalah, foto-foto, poster, kelender, gambar yang bisa digantung di kantor, jendela atau di dinding dan postcard. Kemajuan teknologi dan informasi yang ditandai dengan penggunaan internet menjadikan media ini lebih efektif dalam penyampaian informasi. Kelebihan internet dibanding media lainnya: internet bersifat publik dan global, penyampaian informasi lebih banyak, menyasar hampir seluruh lapisan masyarakat secara cepat dan mudah, murah, tampilan informasi lebih hidup dan atraktif, serta dapat diakses setiap waktu
3. Pemberian souvenir. Karakteristik souvenir yang diberikan menonjolkan identitas dan kekhasan suatu daerah, tampilan yang menarik, estetis, mudah dibawa, tidak cepat rusak, dan memiliki nilai kegunaan. Souvenir bisa berupa balpoin, pin, gantungan kunci, kipas, aksesoris, map untuk menyimpan travel document, traveling bag, travelling kit, dan kerajinan yang menjadi maskot suatu daerah
4. Exhibition/pameran/expo, table top, road show adalah suatu kegiatan promosi yang menjadi agenda Departemen Pariwisata dan kebudayaan yang rutin dilakukan dalam rangka menyebarluaskan informasi, menjual dan mengadakan transaksi kepariwisataan di luar negeri. Mahasiswa dilibatkan untuk membantu menyebarluaskan informasi dan membagikan brosur kepada pengunjung.
5. Pentas kebudayaan. Indonesia kaya akan atraksi seni budaya. Untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya dan seni tradisional yang dimiliki, maka mahasiswa yang memiliki bakat seni baik seni tari, seni musik, maupun seni kerawitan diberikan kesempatan untuk berapresiasi dan berkreatifitas dalam pentas kebudayaan. Pihak pemerintah berperan sebagai fasilitator baik sebagai sponsor, penyedia tempat, maupun sebagai penyelenggara sedangkan mahasiswa selain sebagai pengisi acara juga berperan dalam penyebaran informasi, kepanitiaan acara atau pelaksana teknis lainnya. Kegiatan ini bisa diselenggarakan di universitas dimana mahasiswa kuliah atau di tempat-tempat strategis lainnya.
6. Promosi penjualan. Cara ini dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan memberikan insentif (memberikan beberapa konsensi, perangsang atau andil yang bernilai bagi pembeli) dan undangan khusus untuk melakukan perjalanan wisata ke Indonesia. Promosi penjualan ini diberikan khusus kepada mereka yang mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Misalnya pemberian voucher kepada pimpinan Perguruan Tinggi atau ketua organisasi tertentu.
III. Simpulan
Kepariwisataan Indonesia perlu dipromosikan secara intensif supaya bisa dikenal dunia internasional. Namun usaha ini tidak bisa dilakukan secara simultan mengingat adanya keterbatasan dana yang tersedia dan sumber daya manusia yang berkompeten. Menjembatani permasalahan yang dihadapi tersebut, mahasiwa Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri bisa dijadikan sebagai duta promosi pariwisata Indonesia.
Pemilihan mahasiswa sebagai duta promosi dilakukan karena beberapa alasan mendasar misalnya karena dapat menghemat biaya, negara yang dituju umumnya negara maju yang penduduknya menjadi sumber wisatawan internasional, mahasiswa memiliki kompetensi tinggi terutama kecakapan dalam berbahasa asing, mereka bermukim dalam jangka waktu lama sehingga intensitas kegiatan promosi juga berlangsung lama, lebih memahami budaya masyarakat negara yang dituju, terjalinnya hubungan kekerabatan baru dengan warga negara asing sedikit tidaknya menimbulkan keinginan mereka untuk mengunjungi negara asal mahasiswa, jaringan pemasaran lebih luas, mahasiwa lebih dipercayai, dan mahasiswa Indonesia di luar negeri juga menjadi duta yang efektif untuk menarik wisatawan domestik.
Supaya peranan mahasiswa tersebut menjadi lebih efektif maka perlu dilakukan pembekalan terhadap mahasiswa yang dimaksud untuk meningkatkan kompetensi dan membangkitkan motivasi dalam mempromosikan kepariwisataan Indonesia di luar negeri. Pembekalan yang diberikan memuat tentang materi, media, sasaran dan waktu promosi. Untuk mendukung suksesnya kegiatan pemberdayaan mahasiswa ini melibatkan pihak-pihak yang terkait seperti Departemen Pariwisata Seni dan Budaya, Depertemen Pendidikan Nasional, Perguruan Tinggi, Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari H.1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV.Alfabeta.
Asri, Marwan.1991. Marketing. Edisi kedua. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.
Cooper, C. et al. 1993. Tourism Principle and practise. Edinburgh Gate Harlow Essex CM20 2JE.England. Addison Wesley Longman Limited.
Gito Sudarmo, Indriyo.1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE.
Kotler, Philip.2000. Management Marketing-The Millennium Edition”, Prentice-Hall.Inc.International Edition.
Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:Pradnya Paramita.
Suradnya, I Made.1985. Manajemen Pemasaran. Nusa Dua: Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.
Yoety, H.Oka.1996. Pemasaran Pariwisata. Edisi Revisi. Angkasa Bandung.
Hall, C. Michael dan Betty Weiler. 1992. Introduction: What’s Special Interest Tourism?. Dalam:Betty Weiler dan Collin Michael Hall, editors. Special Interest Tourism. London: Belhaven Press.p.1-14.
Majalah
Intisari Edisi Maret 2008.
semoga bermanfaat bagi perkembangan pariwisata Nusa Tenggara Barat
ReplyDeleteWaw sangat lengkap sekali,. Tourism tanpa Marketing adalah Tourism tanpa Direction
ReplyDelete