EKSISTENSI SPA SEBAGAI SALAH SATU PRODUK
PARIWISATA ALTERNATIF DI PULAU LOMBOK
Sri Susanty, M.Par
Dosen Akademi Pariwisata Mataram
ABSTRAK
Spa merupakan salah satu bentuk pariwisata alternatif yang dampak negatifnya bisa direduksi seminimal mungkin. Spa merangsang kesehatan secara keseluruhan melalui berbagai pelayanan perawatan kulit, tubuh, dan program-program spiritual yang mendorong pembaruan semangat tubuh dan pikiran. Terjadi kecenderungan peningkatan pasar wisatawan spa internasional yang membutuhkan penanganan yang professional. Ini menjadi potensi yang sangat besar bagi hotel yang menyediakan jasa layanan spa mengingat banyaknya manfaat yang ditimbulkannya.
Alasan diminatinya spa yang selanjutnya menjadi potensi dalam pengembangan spa di Pulau Lombok meliputi: (a) promosi, (b) motivasi, (d) terapis, (d) keragaman produk dan fasilitas pelayanan spa yang dapat dijabarkan. Adapun manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif yaitu sebagai pelestarian budaya, kesehatan, peluang dan kesempatan kerja, serta untuk keseimbangan.
Adapun saran yang relevan dengan penemuan di lapangan agar pengelola spa hendaknya melengkapi lagi sarana spa yang dimiliki agar tamu merasa puas. Produk perawatan yang digunakan hendaknya juga menggunakan produk lokal yang berasal dari Pulau Lombok dengan menggali berbagai kebudayaan lokal yang berkaitan dengan perawatan tubuh yang merupakan tradisi nenek moyang masyarakat Suku Sasak. Ini bertujuan agar terdapat diversifiksi produk yang membedakannnya dengan yang tersedia di hotel di Pulau Bali dan Jawa. Selain itu, promosi tentang keberadaan spa sebagai salah satu produk pariwsata alternatif di Pulau Lombok harus lebih digencarkan lagi sehingga wisatawan lebih mengetahui keberadaan produk spa.
Kata Kunci: spa, pariwisata alternatif
1. PENDAHULUAN
Penetapan NTB Sebagai salah satu destinasi unggulan oleh Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata memacu perkembangan pariwisata di NTB sebagai global travel destination yang bisa disejajarkan dengan Pulau Bali dan Jawa. Merespon hal tersebut, pemerintah daerah mencanangkan program untuk menarik minat wisatawan mengunjungi destinasi ini. Salah satu di anataranya adalah program Visit Lombok Sumbawa (VLS) 2012. Faktor pendukung lainnya yaitu pembangunan Bandara Internasional Lombok (BIL) yang rencananya beroperasi pada tahun 2010 dan adanya niat dari investor untuk mengembangkan Kawasan Pantai Kuta dan sekitarnya.
Sementara itu, perkembangan juga terjadi pada sisi wisatawan itu sendiri dimana tuntutan dan selera wisatawan dari waktu ke waktu tampaknya mengalami perubahan. Sebagai sebuah destinasi wisata yang mulai dikenal di dunia internasional, sudah seharusnya produk wisata yang dikembangkan selalu dipantau agar sejalan dengan perkembangan pasar dan kebutuhan wistawan.
Sejalan dengan adanya trend pariwisata alternatif yang muncul akibat kejenuhan pariwisata konvensional yang berorientasi pada 3 S (sea, sun, sand), produk pariwisata alternatif mulai menarik hati para pelaku bisnis wisata untuk menggelutinya. Pariwisata alternatif muncul untuk meminimalisir dampak negatif pariwisata massal yang sangat eksploitatif dan mengancam keberlanjutan sosial budaya masyarakat dan pelestarian lingkungan. Spa merupakan salah satu bentuk pariwisata alternatif yang dampak negatifnya bisa direduksi seminimal mungkin.
Perkembangan transportasi dan teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan perubahan dan peningkatan secara drastis dalam standar hidup dan kecenderungan baru. Salah satu dari kecenderungan itu adalah bahwa spa sudah menjadi gaya hidup. Oleh karena itu kebanyakan wisatawan tidak menganggap pengalaman spa sebagai bagian dari liburannya tetapi merupakan sebuah kebiasaan sebagaimana halnya menikmati makan malam di restoran ternama yang mahal. Salah satu aspek yang membuat orang terlibat dalam fenomena pariwisata spa yaitu ingin menghindari diri dari stress akibat pekerjaan. Oleh karena itu, suasana spa resortpun sengaja dirancang untuk rejuvinasi dan kebugaran baik secara fisik maupun psikis.
Mensiasati trend spa masyarakat global serta kemampuan dalam membaca peta kebutuhan wisatawan, maka pelaku industri wisata khususnya jasa perhotelan di Pulau Lombok berusaha untuk meraih peluang bisnis dengan memberikan jasa kebugaran dan kesegaran di dalam hotel mereka. Spa bagi sebuah hotel selain sebagai suatu produk yang memberikan pendapatan yang cukup besar juga menjadi daya tarik yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi sebuah hotel. Hampir di setiap hotel berbintang yang terdapat di Pulau Lombok menyediakan jasa layanan ini. Kepemilikan layanan spa dalam sebuah hotel ada yang merupakan produk dari hotel tersebut dan ada juga yang merupakan chain dari spa yang telah memiliki nama besar dan membuka layanan di hotel yang bersangkutan.. Eksistensi spa merupakan asset yang potensial bagi perkembangan pariwisata yang terdapat di Pulau Lombok.
Perkembangan produk spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif yang mulai dilirik keberadaannya di Pulau Lombok harus direspon secara positif dan perlu dilakukan upaya sinergis untuk menunjang eksistensinya terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Namun sangat kontradiktif, dibalik peningkatan yang cukup tinggi dari minat wisatawan terhadap spa dan disambut pula dengan besarnya animo para pelaku usaha wisata untuk berinvestasi di bidang ini, penelitian akademis mengenai potensi dan manfaat spa di Pulau Lombok belum banyak dilakukan. Padahal pemahaman terhadap potensi dan manfaat layanan spa sangat penting bagi peningkatan diversifikasi produk wisata alternatif. Oleh karena itulah, penelitian tentang eksistensi spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif ini dilakukan dengan mengangkat permasalahan bagaimanakah potensi spa yang terdapat di Pulau Lombok dan bagaimanakah manfaat spa dalam eksistensinya sebagai salah satu produk pariwisata alternatif di Pulau Lombok. Adapun lokasi penelitian dilakukan di dua hotel berbintang yang memiliki fasilitas spa yang representatif yaitu Mandara Spa di Hotel Senggigi Beach Hotel dan Giri Loka Spa di Holiday Resort Lombok.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pariwisata alternatif
Pariwisata alternatif secara lebih luas didefinisikan sebagai bentuk kepariwisataan yang konsisten terhadap nilai alam, social, dan masyarakat yang memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan menikmati interaksi positif dan berharga serta berbagai pengalaman. Lebih jauh. Ada kecenderungan wisatawan untuk mencari sesuatu yang baru di destinasi wisata yang pernah dikunjungi sebagai alternatif dari yang telah ada. Selain itu, dari segi penawaran disadari pula bahwa perlu sesuatu yang baru di destinasi sebagai pilihan terutama bagi wisatawan yang berkunjung ulang atau repeater (Eadington dan Smith, 1994: 3-4).
Hasslacher (1984) sebagaimana dikutip oleh Pearce (1994: 22-23), membuat sintesis variable yang digunakan untuk membedakan mass (hard) tourism dengan alternative (soft) tourism. Variabel yang disusun diambil dari berbagai penulis buku dan rangkuman menjadi satu tabel klasifikasi. Secara umum, dikatakan bahwa perbedaan di antara kedua jenis pariwisata tersebut dapat dilihat dari :
1. Karakteristik kontekstual, apakah fisik, sosial, budaya, lingkungan, atau ekonomi. Hal ini akan berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan.
2. Fasilitas, baik jenis maupun skala. Bila pariwisata masal membangun fasilitas akomodasi dengan skala besar, kualitas standar, dan harga standar, maka pariwisata alternatif membangun fasilitas akomodasi dengan skala terbatas namun bervariasi dalam hal atraksi wisata serta fasilitas lainnya. Umumnya, pariwisata alternatif cenderung mempunyai harga yang lebih mahal dengan kualitas pelayanan premium.
3. Lokasi, yaitu tempat di mana fasilitas tersebut dibangun. Bila pariwisata masal cenderung dibangun secara ekstensif, maka pariwisata alternatif cenderung dibangun terlokalisasi.
4. Pengembangan/kepemilikan. Pariwisata alternatif cenderung dikembangkan dan dimiliki oleh orang lokal yang termotivasi untuk memanfaatkan kehadiran wisatawan demi keuntungan bagi orang lokal. Sementara fasilitas pariwisata masal cenderung dimiliki oleh orang asing dengan usaha yang terjalin dalam jaringan internasional.
5. Proses pembangunan. Dalam pembangunan pariwisata masal, cenderung memerlukan sumber daya yang sangat besar (listrik, air, tenaga kerja, modal, dan sebagainya) serta memerlukan waktu yang lama. Namun dalam proses pembangunan pariwisata akternatif, cenderung menggunakan sumber daya yang terbatas.
6. Pasar dan pemasaran. Pariwisata masal biasanya untuk berbagai segmen besar yang berasal dari berbagai negara dengan karakteristik berbeda serta dibuat dalam paket dan promosi yang beragam. Namun, pariwisata alternatif cenderung utnuk membidik segmen pasar tertentu dengan jalur promosi dan paket yang terbatas namun mengedepankan kualitas.
7. Dampak. Bila pariwisata masal telah banyak dikeluhkan memiliki dampak negatif yang luas terhadap destinasi, sedangkan pada pariwisata alternatif belum banyak penelitian yang dilakukan karena perkembangannya relatif baru. Namun demikian, secara hipotesis karena pariwisata alternatif muncul sebagai reaksi dari pariwisata masal, maka peluang meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif akan lebih besar.
Beberapa penulis menyatakan bahwa pariwisata alternatif bersinonim dengan pariwisata minat khusus. Pariwisata minat khusus muncul sebagai respon pada perubahan minat/motivasi, pola konsumsi, maupun faktor demografi lainnya dari calon wisatawan di negara asal wisatawan yang menyebabkan perubahan pada permintaan perjalanan dan liburan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hall dan Weiler (1992: 1) bahwa peningkatan pendapatan per kapita, waktu liburan yang lebih panjang, dan komposisi demografi memberikan peluang bagi calon wisatawan untuk tidak sekedar berkunjung ke destinasi yang murah namun lebih ditentukan oleh nilai kepuasan yang akan didapatkan (tourist satisfaction) yang bermuara pada pengambilan keputusan (travel decision) untuk memilih destinasi yang akan dituju.
Perubahan-perubahan pada sisi permintaan di atas menimbulkan keinginan wisatawan untuk berwisata sesuai dengan minat, motivasi, dan kemampuan keuangan yang dimiliki sehingga kepuasan wisatawan akan lebih terpenuhi. Hal ini pula yang memicu wisatawan untuk datang ke destinasi sesuai dengan minat sehingga muncul istilah pariwisata minat khusus. Read (1980) sebagaimana dikutip oleh Hall dan Weiler (1992: 5), menyatakan bahwa wisata khusus adalah wisata yang dilakukan oleh orang yang pergi ke suatu tempat karena mereka memiliki kepentingan minat tertentu yang akan dilakukan di daerah atau destinasi tertentu. Oleh karena, itu dapat dikatakan bahwa pariwisata minta khusus dimulai dari motivasi wisatawan pada minat tertentu, kemudian diikuti oleh pemilihan destinasi untuk memenuhi minat khususnya tersebut.
2.2 Spa
Spa memberikan khasanah baru dalam kepariwisataan di Indonesia. Spa adalah suatu sistem pengobatan atau perawatan dengan air atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai hydrotherapy. Spa merupakan tempat paling banyak dipilih untuk memulihkan tubuh yang lelah dan juga untuk menjaga tubuh tetap bugar (fit, fresh, and beauty). Spa awalnya digunakan untuk metode perawatan pengobatan, oleh karena perkembangan jaman maka spa juga mengalami evolusi menjadi berbagai macam jenis spa yang tentunya memiliki keunggulan di setiap jenisnya.
Karena kesibukan yang sangat padat, tidak jarang setiap individu sulit untuk melakukan relaksasi dan perawatan dalam satu waktu. Maka dari itu, dibutuhkan suatu fasilitas yang mampu memberikan pelayanan ganda yang menyediakan jasa pelayanan relaksasi dan perawatan didalam satu fasilitas. Daerah-daerah di Indonesia yang kaya akan herbal tradisionial. Warisan budaya leluhur yang dipadukan dengan riset terbaru memiliki peluang yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata spa.
Literatur mengenai spa masih minim dan hanya sedikit saja para ahli yang memberikan batasan tentang spa tersebut. Menurut Lund (2000) dengan Harahsheh (2002), istilah”spa” merupakan singkatan dari bahasa Latin dengan penjabaran sebagai berikut : S = salud (sehat/health), P = per (melalui/through), A = aqua (air/water). Dengan demikian SPA berarti sehat melalui atau dengan menggunakan air. Asal mula kata spa merujuk kepada orang Belgia, yaitu Collin le Loup (Jallad: 2009, Lund: 103) seorang kepala pabrik besi pada tahun 1326 yang pergi ke sumber air yang disebut “Espa” dekat Liege di Selatan Belgia dekat dengan perbatasan Jerman untuk menyembuhkan beberapa penyakit di tubuhnya.
Spa berarti sebuah tempat dimana pelayanan penyembuhan diberikan kepada pengunjung dengan menggunakan air (mineral panas, air tawar atau air laut) lulur, mandi rempah, perawatan kecantikan, makanan bergizi, dan lain-lain (Harahsheh, 2002: 33). Sedangkan De Vierville (Lund, 2002: 2) mendefinisikan spa yaitu :
“The spa is the social aspect of using water therapeutically”
“The spa is a natural space and place with a perspective on time”
“ A spa is a space with purpose, through a plan, by purpose, for a periode of time”.
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa spa didefinisikan ke dalam tiga cara yang berbeda: spa adalah aspek sosial dari penggunaan air untuk terapi; spa adalah tempat dan ruang alami dengan perspektif waktu; dan spa adalah ruang dengan tujuan, melalui perencanaan dengan sengaja, untuk periode waktu tertentu. Dengan demikian air merupakan inti dari spa sebagaimana maksud dari singkatan spa yaitu salud per aqua atau sehat melalui air. Sedangkan menurut Harahsheh (2002) spa adalah :
“ A place, where curative service are rendered to visitors, by using water therapy (thermo-mineral, salty or resh waters) and wraps, herbal baths, beauty treatment, nutrition food, etc.”
Dengan kata lain spa diartikan sebagai suatu tempat dimana pelayanan penyembuhan dilakukan terhadap pengunjung dengan mengunakan terapi air (mineral yang panas, air laut atau sumber mata air tawar) dan lulur, mandi rempah, perawatan kecantikan, makanan bergizi, dan sebagainya.
Dalam versi yang berbeda, hasil unduhan dalam http://damaispa.com/spa.html pada tanggal 23 Februari 2010 disebutkan bahwa spa berawal pada zaman kegemilangan Kerajaan Romawi 3000 tahun yang lalu. Mulanya pusat rawatan SPA menggunakan “pancuran air panas” yang digunakan oleh askar – askar untuk merehat dan merawat badan dan luka selepas berperang. Hingga kemudian mulai terkenal dan diwujudkan dalam pusat spa yang hanya dikhususkan untuk golongan bangsawan. Spa tertua Rome di Merano masih ada sampai sekarang yang membuktikan Itali hingga kini sebagai pengguna mata air sebagai hidroterapi. Di Bath, England, spa di katakan sudah ada sebelum zaman Kerajaan Romawi dan hanya menggunakan mata air panas dengan suhu setinggi 120° F. Kebanyakan spa di Benua Eropa yang dibina pada kurun abad ke-18 dan 19 dikelilingi dengan pemandangan indah seperti gunung dan danau. Di Amerika Serikat, spa tertua terletak di Saratoga Fort Springs, New York yang pada asalnya digunakan oleh kaum “Mohawk” Indian di Amerika Utara. Bermula di tahun 1970, spa telah dikomersilkan dengan menyediakan beberapa kemudahan seperti penginapan dan fasilitas lainnya.
Berdasarkan manual book Club Arena International Spa, di dalam spa unsur utamanya pijat dan air. Kemudian sekarang berkembang dengan macam-macam pijatan disertai dengan unsur-unsur hydrotherapy (vibrasi air), thermotherapy (panas untuk melebarkan pembuluh darah), colur therapy, music therapy, aramotherapy, diet therapy, herbal therapy, reflexiology/acupressure, olahraga, dan meditasi. Sebenarnya pijatan atau sentuhan tidak hanya untuk menghilangkan nyeri tetapi juga menyenangkan, memberikan ketenangan, menguatkan otot, rasa rileks, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mengurangi stress. Massage atau pijatan adalah natural tranquilizer yaitu usapan pada tubuh untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan dara. Dengan makin rileks manusia makin sehat. Relaksasi merupakan hal yang penting dalam spa, dan air merupakan media terbaik.
Menurut ISPA (International Spa Association) dalam Harahsheh (2002), spa dapat dikelompokkan ke dalam tujuh kategori yaitu :
1. Club spa, yaitu fasilitas yang menawarkan pelayanan pada penggunaan alat-alat olah raga, pusat kebugaran, perawatan badan, dan tata kecantikan yang pada umumnya berdasarkan keanggotaan
2. Cruise ship spa, adalah spa yang disiapkan oleh kapal pesiar, berupa fitness center/alat-alat olah raga, kebugaran, dan berbagai pilihan makanan spa.
3. Day spa adalah spa yang menawarkan berbagai variasi pelayanan spa untuk konsumen atas dasar harian.
4. Destination spa, adalah spa yang tujuan utamanya adalah untuk menyediakan peningkatan kesehatan dan gaya hidup melalui pelayanan spa yang professional, latihan fisik, program pendidikan dan akomodasi di tempat tersebut. Makanan spa (spa cuisine) disajikan secara ekslusif.
5. Medical Spa, spa yang tujuan utamanya untuk melakukan pengobatan yang berkesinambungan, perawatan penyembuhan dalam lingkungan yang mengintegrasikan pelayanan spa dan juga dilengkapi dengan terapis dan penyembuhan secara konvensional yang saling melengkapi. Menyediakan fasilitas perawatan medis dalam usaha spa dengan izin praktek dokter.
6. Mineral spring spa, adalah spa yang menawarkan sumber air mineral alami langung di sumbernya. Air panas atau air laut yang dipakai untuk melakukan penyembuhan hydrotherapy. Biasanya berlokasi di daerah pegunungan atau daerah peristrahatan.
7. Resort-hotel spa, spa yang dimiliki oleh dan letak di dalam resort atau hotel yang menyediakan pelayanan spa yang ditangani secara professional, dengan komponen fitness atau kebugaran, dan berbagai pilihan terhadap menu makanan spa (spa cuisine)
Dalam penelitian ini, konsep pariwisata alternatif dan spa akan digunakan untuk mengkaji potensi dan manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif.
2.3 Sejarah Mandara Spa
Nama Mandara berasal dari Bahasa Sansekerta kuno, yang mana dalam cerita itu “ Tirta Sanjiwani” sebagai air suci yang bisa membuat kehidupan yang kekal dan membuat awet muda. Sejarah ini menceritakan peperangan antara kebenaran melawan kejahatan, dimana Mandara Giri adalah salah satu gunung yang suci dan mengalir Tirta Sanjiwani.
Mandara Spa didirikan di Indonesia pada tahun 1995. Setahun kemudian Mandara Spa yang pertama buka di The Chedi (yang sekarang Alila Ubud) di pusat kesenian Bali, Ubud Bali. Saat ini perusahaan ini berkembang di seluruh dunia menjadi lebih dari 70 spa dengan kantor pusat di Bali dan dengan kantor cabang di Thailand, Guam, Maldives dan Malaysia. Di Bulan Desember tahun 2002 Leisure Limited telah mengambil alih kepemilikan Mandara Spa dari Shiseido Company Limited sebesar 40%. Mandara Spa telah mewujudkan kebesaran dan popularitasnya sebagai spa yang bernuansa Tropical Asia.
Mandara Spa beroperasi mulai pukul 10.00 hingga pukul 21.00 wita. Sistem kerja di Mandara Spa Senggigi Beach Hotel terbagi atas shift pagi pada pukul 09.00 – 17.00 wita dan shift siang pada pukul 13.00 – 21.00 wita.
2.4 Sejarah Club Arena International (CAI) Spa
Club Arena International bergerak di bidang jasa spa, massage aromatherapy, aesthetic salon dan fitness centre. Berdiri pada tanggal 23 April 1991 dibawah naungan PT Dinamika Nusa Perkasa dan berkantor pusat di Jalan Blambangan No.20 Kuta Bali. Dalam melakukan operasionalnya Club arena dipimpin oleh General Manager yang sekarang bernama Ibu Hesty Surya Dewa. Sampai saat ini Club arena international telah menyebar di seluruh Indonesia dengan 12 area dan memiliki 63 outlet.
CAI di Lombok berawal di Holiday Resort Lombok pada tahun 1995 dengan nama Giri Loka Spa. Pada tahun 2004, CAI berhasil membuka outletnya di Kota Mataram bekerjasama dengan Lombok Raya Hotel, Hotel Grand Legi dan di Hotel Lombok Garden. Di Kawasan Senggigi, selain di Holiday Resort, outletnya juga terdapat di Hotel Puri Salon dan terbaru dibuka di Santosa Villa and Resort. Outlet juga pernah dibuka di Mascot Hotel tapi pada tahun 2006 ditutup karena kondisi hotel yang sepi pengunjung.
CAI memiliki tingkatan dan diberi nama berbeda sesuai dengan klasifikasi bintang hotel. Untuk outlet yang berada di hotel bintang 3 diberi nama Cempaka Spa seperti yang terdapat di Hotel Lombok Raya, Lombok Garden, dan Puri Saron. Untuk hotel bintang 4 diberi nama Giri Loka Spa seperti yang terdapat di Holiday Resort dan di hotel bintang 5 diberi nama Devata Spa seperti yang terdapat di Santosa Villa and resort. Giri Loka Spa beroperasi pada pukul 08.00 hingga pukul 23.00 wita. Sistem kerja terbagi atas dua shift yaitu shift pagi pada pukul 09.00 – 17.00 wita dan shift siang pada pukul 13.00 – 21.00 wita.
2.4 Potensi Spa di Pulau Lombok
2.4.1 Promosi
Promosi menurut Yoeti (1996) dalam Arcana (2005), bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak atau kelompok tertentu bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual. Promosi tidak berakhir dengan penjualan, lebih berfungsi untuk meyakinkan kelompok sasaran bahwa apa yang sedang dipromosikan mempunyai daya tarik.. Pendapat Mill (2000) dalam Arcana, juga menegaskan tujuan dari promosi tidak lain untuk menginformasikan, mempengaruhi, dan atau mengingatkan adanya produk yang dijual.
Upaya pemerintah daerah untuk mendatangkan sejuta wisatawan ke NTB dalam rangka mendukung program ”Visit Lombok Sumbawa 2012” merupakan potensi yang besar bagi pengembangan spa sebagai produk pariwisata alternatif. Walaupun tidak secara langsung spa dipromosikan sebagai sebuah daya tarik wisata sebagaimana layaknya di Bali sebagai salah satu spa destination in the world namun promosi mengenai daya tarik lainnya terutama industri perhotelan yang terdapat di Pulau Lombok Sumbawa juga berpengaruh significant terhadap spa sebagai salah satu fasilitas layanan yang disediakan oleh hotel. Wisatawan yang telah melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan relaksasi akan mencari spa untuk kebugaran serta menyegarkan kembali pikiran dan tenaganya. Keberadaan spa tersebut membuat wisatawan menjadi senang, tertarik untuk datang ke Lombok, memberikan kesan positif terhadap wisatawan karena apa yang mereka butuhkan bisa dipenuhi di suatu destinasi, dan sebagai bentuk diversifikasi produk wisata di NTB yang mampu menjadi preferensi bagi wisatawan untuk membeli paket perjalanan ke Lombok.
2.4.2 Motivasi
Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsikan daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya. Pitana (2005: 66) menyebutkan keputusan seseorang dalam melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik (pull factors). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person-spesific motivation/motivasi spesifik seseorang, sedangkan faktor penarik merupakan destination-spesific attributes/atribut spesifik dari daerah tujuan wisata. Termasuk di dalamnya tersedianya fasilitas spa di suatu daerah tujuan wisata.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi di sini lebih dititikberatkan pada sesuatu hal yang mendorong seseorang wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi dan memanfaatkan produk spa. Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan informasi dari responden dapat diketahui bahwa motivasi wisatawan spa yaitu untuk ksenangan, kesehatan, dan ingin tahu, pengalaman, atau alasan budaya
Motivasi perjalanan wisata mengalami evolusi, sejalan dengan perkembangan pariwisata itu sendiri. Ini bisa dilihat dari pemilihan destinasi yang akan dikunjungi oleh wisatawan termasuk di dalamnya produk yang dihasilkan oleh destinasi tersebut. Sebagai contoh adalah spa. Seiring dengan evolusi kebutuhan manusia dan adanya trend baru terhadap wisata spa maka wisatawan juga mengikuti perkembangan spa dengan mencari produk spa yang berkualitas. Ini merupakan potensi yang sangat besar bagi penyedia jasa spa di Pulau Lombok sebagai produk alternatif
2.4.3 Terapis
Seorang terapis memiliki keterampilan dalam bidang pemijitan dengan berbagai tekniknya. Talenta yang dimilikinya akan mampu memberikan pelayanan yang baik pada pengunjung spa, dengan harapan mampu memenuhi tujuan akhir dari pemasaran yaitu kepuasan pelanggan dan adanya pembelian ulang.
Terapis di kedua lokasi penelitian dalam memberikan layanan selalu mengacu pada konsep penilaian kelas hotel yaitu konsep untuk memberikan penilaian terhadap kualitas produk dan pelayanan hotel serta perlindungan terhadap konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Mereka melaksanakan tugasnya sesui dengan etika jabatan seorang terapis yaitu seperangkat aturan atau sitem kode etik yang menggariskan tingkah laku yang tepat yang harus ditaati dalam hubungan kerjanya dengan masing-masing atasan, bawahan, sesama rekan kerja, ataupun tamu dalam jabatan atau profesinya. Para terapis ini mengetahui dan memiliki ketrampilan terhadap pijat tradisional dan perawatan lokal.
Wisatawan meyakini bahwa keahlian yang dimiliki terapis ini merupakan tradisi yang dapat diturunkan ke keturunannya. Walau pijat dan perawatan ini sudah dikemas secara modern dengan meningkatkan pengetahuan tentang aspek kesehatan berupa pengetahuan anatomi tubuh dan kulit. Wisatawan yang mendapat pijat dan perawatan tradisional merasa lebih percaya bahwa jika dilakukan oleh orang lokal akan mendapat efek dari segi kesehatan, kesenangan, relaks dan istirahat dan pemijatan yang lebih menekankan pada pemijatan penyembuhan pada kondisi yang lelah yang dapat menyegarkan seluruh tubuh dan pikiran.
Kualitas layanan prima dan talenta yang dimiliki oleh spa terapis di kedua hotel lokasi penelitian merupakan potensi lain yang menjadi faktor penyebab spa menjadi salah satu produk pariwisata alternatif di Pulau Lombok.
2.4.4 Produk
Konsep produk menurut Swastha sebagai yang dikutip Budiartini (2004 : 11) mendefinisikan produk sebagai suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasuk pembungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginannya atau kebutuhannya.
Produk spa dalam bentuk kemasan saat ini sudah dikemas dengan kemasan yang modern dan higienis sehingga wisatawan merasa mendapat kesempatan untuk membeli produk spa yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan dan kebersihan tubuh, juga dapat dijadikan sebagai sovenir atau oleh-oleh untuk wisatawan bawa ke negaranya sebagai oleh-oleh selama berwisata. Produk ini sudah dikemas sesuai kebutuan wisatawan, ada kemasan untuk dipakai sendiri dengan kemasan sederhana dan ada kemasan untuk dibawa sebagai oleh-oleh, produk-produk tersebut juga memiliki harga yang sangat bervariasi sesuai dengan kemasan dan kualitas bahan-bahan produk. Produk yang ditawarkan pilih ada yang alami maupun yang sudah diolah dengan cara-cara modern.
Adapun jenis produk dan perawatan spa yang ditawarkan pada masing-masing lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1 Jenis Produk dan Perawatan di Mandara Spa Senggigi Beach Hotel
Produk spa di Mandara Spa menggunakan bahan yang alami dan berkualitas tinggi seperti produk untuk perawatan tubuh, perawatan wajah, dan perawatan kulit semua dalam keadaan segar dan dibuat setiap hari. Untuk minyak aromaterapi menggunakan 100% minyak esensial. Adapun produk yang digunakan yaitu untuk perawatan tubuh meliputi Lulur Jawa, boreh, lulur kelapa, dan Kopi Bali. Minyak aromaterapi yang digunakan yaitu : mandara, island spice, harmony, tranquility. Produk perawatan wajah meliputi: pembersih menggunakan yoghurt dan madu, penyegar menggunakan jus wortel dan jus ketimun yang diambil airnya, scrub menggunakan gula, masker untuk kulit normal menggunakan tepung masker dan jus wortel. Untuk kulit berminyak menggunakan nenas dan jeruk nipis. Sedangkan untuk kulit sensitif/kering menggunakan tepung masker teh hijau dan jus tomat. Minyak wajah menggunakan sweet almonds oil dengan minyak lavender esensial. Pelembab tubuh menggunakan fruity lotion berupa jeruk nipis dan jeruk mandarin esensial dan pelembab wajah menggunakan melati
Adapun jenis perawatan yang ada di Mandara Spa yaitu Balinese Massage, Mandara Massage, Fancy foot work, smooth down, silk slipper, pure nature facial, spa sampler, bliss, pure indulgence, spa manicure, spa pedicure, dan french manicure
2 Jenis Produk dan Perawatan di Giri Loka Spa Holiday Resort Lombok
Produk spa di Giri Loka Spa menggunakan bahan alami dan berkualitas tinggi. Adapun produk yang digunakan yaitu bahan untuk perawatan tubuh (traditional body treatment) meliputi: Balinese Boreh, Javanese Lulur, rice scrub, cofffe scrub, green tea scrub, coklat scrub, dan strawberry scrub. Selain itu, ada juga berbagai macam bahan yang dipergunakan untuk berendam seperti: herbal bath, flower bath, dan milk bath. Minyak aromaterapi yang disediakan ada 4 macam yaitu optimism, awakening, jet lag arrival, dan jet lag departure. Produk perawatan wajah yang dipakai menggunakan produk Sari Ayu dan Biokos.
Jenis perawatan yang ada di Giri Loka Spa yaitu traditional massage (traditional/balinese acupressure aromatherapy), relaxing aromatherapy massage, aviangga, asmaradana (love internity), warm stone, ayur weda, shirodara, manicure dan pedicure, slimming massage, herbal massage, creambath, traditional facial, refresh facial dan foot reflexiology
2.5 Manfaat Spa Sebagai Salah Satu Produk Pariwisata Alternatif.
Perkembangan pariwisata di berbagai daerah telah terbukti meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan sector-sektor ekonomi yang bisa membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat dan pelaku industri pariwisata. Salah satu sektor ekonomi tersebut adalah spa yang menjadi produk dari pariwisata alternatif yang bisa dikembangkan di Lombok. Ini membuktikan bahwa pariwisata mampu mendorong munculnya kreativitas dalam menggali nilai-nilai tradisi untuk diimplementasikan dalam berbagai produk wisata. Adapun manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif adalah sebagai berikut:
2.5.1. Pelestarian Budaya
Layanan spa banyak melestarikan nilai luhur budaya Bangsa Indonesia. Keberadaan spa tersebut mampu menggugah masyarakat bahwa tradisi dan kebudayaan masyarakat sejajar sama tinggi dengan tradisi dan kebudayaan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Dengan demikian budaya Indonesia menjadi lebih dikenal ke wilayah mancanegara. Salah satu budaya yang dilestarikan dengan berkembangnya spa adalah budaya pemijatan tradisonal, penggunaan bahan lokal untuk ramuan seperti boreh dan lulur, serta budaya mandi dengan menggunakan air. Air sebagai komponen dasar spa memiliki makna penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan biologis serta pemenuhan kebutuhan jasmani (mandi) serta kebutuhan rohani (untuk ritual keagamaan), menyegarkan, serta menyejukan dan menetralkan fikiran.
Seiring dengan berkembangnya industri pariwisata, meningkatnya taraf hidup dan penghasilan masyarakat, diiringi dengan berbagai kemajuan bidang ilmu dan teknologi, menjadikan manusia selalu mencari kemudahan, guna efisisensi waktu dan efektifitasnya kegiatan mereka. Industri spa menangkap situasi ini dan berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen.
2.5.2 Kesehatan
Sesuai dengan perkembangan zaman, di abad modern ini pekerjaan sehari-hari kerap menyita seluruh tenaga. Sebagian manusia lebih banyak menggunakan otak dan otot dalam bekerja sehingga kelelahan yang diperoleh bukan saja fisik tapi juga mental. Bekerja tanpa diimbangi istrahat dan olahraga teratur akan mengakitkan terganggunya metabolisme tubuh, kepenatan pada seluruh tubuh, otot terasa tegang, dan kurang lancarnya peredaran darah sehingga gairah bekerja kurang.
Atas dasar pemahaman masyarakat yang tinggi tentang kesehatan maka setiap manusia menginginkan hidup yang sehat, bisa menghilangkan stress, dan mencapai keseimbangan jasmani dan rohani yang salah satunya bisa diperoleh melalui kegiatan spa. Wisatawan yang berkunjung ke Lombok datang dari berbagai negara, perjalanan mereka ada yang dekat ada pula yang jauh. Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan wisatawan ingin memulihkan tenaganya kembali sebelum melakukan perjalanan lagi selama mereka melakukan wisata di Lombok. Ada wisatawan yang ke spa hanya untuk menghilangkan sakit bagian kaki karena duduk di pesawat terlalu lama atau bagian punggungnya. Ada juga yang menginginkan agar tubuhnya tetap bugar, sehat, dan cantik selama mereka berada di Lombok.
2.5.3. Peluang dan Kesempatan Kerja
Pada industri spa, kesempatan kerja dan peluang usaha bisa didapatkan oleh para terapis yang berasal dari masyarakat lokal. Mereka bisa dilatih keterampilannya dalam jangka waktu yang tidak lama asalkan memiliki kemauan dan kemampuan untuk berusaha. Sekarang industri spa bukan lagi hal yang baru tapi sudah menjadi industri yang memerlukan banyak tenaga terapis yang terlatih. Beberapa lembaga pendidikan dan kursus pelatihan yang khusus menangani spa juga telah ada di Pulau Lombok sehingga peluang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Bahkan ada beberapa lembaga kursus bekerja sama dengan lembaga pemerintah dalam hal pendanaan sehingga mereka bisa memberikan pelatihan spa kepada masyarakat yang berminat dan memenuhi kualifikasi.
Di bidang kesenian dan kerajinan tangan sebagai upaya pemenuhan komponen tambahan spa merupakan bidang yang sangat baik untuk membuka lapangan pekerjaan. Seniman dapat menunjukkan atraksinya dengan memainkan musik tradisional yang biasa disuguhkan di arena spa sehingga mereka mendapatkan peluang untuk berusaha di sektor ini. Para pengrajin batok kelapa, gerabah, dan anyaman untuk mengemas produk spa bisa mengembangkan usahanya dengan menjalin kerjasama dengan industri spa untuk memanfaatkan produk mereka. Produk yang berasal dari tumbuhan dan rempah-rempah alami memiliki dampak yang lebih rendah dari produk yang kimiawi, oleh sebab itu spa resort memanfaatkan produk yang berasal dari tumbuhan, rempah, dan berasal dari alam.
Selain itu, bagi petani keberadaan spa juga bisa membuka peluang usaha bagi dengan menanam dan menyediakan berbagai macam bunga dan tanaman herbal yang menjadi bahan dasar produk spa. Indonesia sudah terkenal dengan produk rempah-rempah yang berkualitas di mancanegara, dan pengembangan spa di Lombok ini sangat banyak sekali memanfaatkan tumbuhan dan rempah-rempah yang sangat banyak memiliki kasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit.
2.5. 4 Keseimbangan
Spa sebagai sebuah industri pariwisata alternatif di Pulau Lombok mampu memberikan keseimbangan secara jasmani dan rohani bagi para tamu. Keseimbangan secara jasmani diperoleh melalui terapi penyembuhan berbagai keluhan rasa sakit dan kepenatan yang dialami akibat dari padatnya aktivitas selama melakukan perjalanan wisata. Sedangkan keseimbangan rohani diperoleh melalui relaksasi berupa ketenangan jiwa selama menjalani terapi spa. Ini didapatkan melalui suasana aromaterapis yang mampu menyegarkan pikiran dan didukung oleh suasana musik tradisional yang mengalun indah dan meneduhkan.
Di sisi lain bisa dilihat bahwa pemanfaatan warisan budaya yang dipergunakan dalam produk spa mampu menciptakan keseimbangan dalam diversifikasi produk wisata yang ditawarkan pada wisatawan. Keanekaragaman produk wisata yang dimiliki oleh Pulau Lombok akan memberikan kesan positif terhadap hotel yang menyediakan layanan spa dan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi Pulau Lombok karena kelengkapan amenities yang dimilikinya.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa industri spa mendatangkan hasil yang saling menguntungkan antara wisatawan, pengelola, dan masyarakat. Wisatawan memperoleh keseimbangan secara jasmani dan rohani setelah mendapatkan perawatan spa. Pengelola industri spa memperoleh keseimbangan dari aspek ekonomi, budaya, dan sosial. Dari aspek ekonomi pengusaha dapat mengamankan investasi dan memperoleh keuntungan dari investasinya. Secara sosial, mereka membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan dari aspek budaya dapat melestarikan dan memperkenalkan budaya tradisional yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia. Keseimbangan dari sudut pandang masyarakat dicapai melalui terbukanya peluang usaha dan kesempatan kerja. Peluang secara materi ini juga berpengaruh terhadap kehidupan spiritual mereka sehingga mereka bisa menikmati hidup yang layak disertai ketenangan jiwa.
Keseimbangan yang tercipta antara wisatawan, pelaku industri wisata, dan masyarakat merupakan cita-cita pemerintah dalam perkembangan pariwisata di Indonesia. Berbagai permasalahan diskriminasi terutama dalam pemanfaatan sumber daya pariwisata kerap menjadi isu sentral yang harus terus dicarikan solusinya terutama yang menyangkut tentang kuatnya hegemoni pengusaha industri pariwisata. Namun dalam industri spa, keseimbangan antara ketiga aspek tersebut bisa diseleraskan dengan baik.
III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai potensi dan manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif dapat disimpulkan bahwa spa bertujuan meningkatkan derajat kesehatan jiwa, raga., dan sukma anggota masyarakat yang membutuhkannya agar tercapai tenang, damai, dan rileks.
Hasil wawancara dengan manager spa dan terapis di kedua lokasi penelitian dikemukakan beberapa alasan diminatinya spa yang selanjutnya menjadi potensi dalam pengembangan spa di Pulau Lombok meliputi: (a) promosi, (b) motivasi, (d) terapis, (d) keragaman produk dan fasilitas pelayanan spa yang dapat dijabarkan. Adapun manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif yaitu sebagai pelestarian budaya, kesehatan, peluang dan kesempatan kerja, serta untuk keseimbangan.
3.2 Saran
Berdasarkan penelitian mengenai potensi dan manfaat spa sebagai salah satu produk pariwisata alternatif maka dapat disarankan agar pengelola spa hendaknya melengkapi lagi sarana spa yang dimiliki seperti sarana jacuzzi dan sauna agar proses relaksasi berjalan dengan baik dan tamu merasa puas. Selain itu, produk perawatan yang digunakan hendaknya juga menggunakan produk lokal yang berasal dari Pulau Lombok dengan menggali berbagai kebudayaan lokal yang berkaitan dengan perawatan tubuh yang merupakan tradisi nenek moyang masyarakat Suku Sasak. Ini bertujuan agar terdapat diversifiksi produk yang membedakannnya dengan yang tersedia di hotel di Pulau Bali dan Jawa. Hal lainnya juga yang perlu diperhatikan agar promosi tentang keberadaan spa sebagai salah satu produk pariwsata alternatif di Pulau Lombok harus lebih digencarkan lagi sehingga wisatawan lebih mengetahui keberadaan produk spa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Manual Book Club Arena International Spa.
Arcana, I Ketut.2005. Pesta Kesenian Bali Sebagai Daya Tarik Wisata (tesis). Denpasar. Universitas Udayana.
Budiartini, Ni Made. 2004. Penanganan Tamu massage Pada Spa Jari menari Seminyak Kuta (tesis). Denpasar. Politeknik Bali
De Vierville, JP. 2003. Taking the Waters, A. Hostorical Lokk at Water Therapy and Spa culture Over the Ages. Diunduh http://www.massagetherapy.com.articles/index.php/article_id/86, tanggal 22 Februari 2010.
Eadington, William R dan Valene L. Smith, 1994. Introduction: The Emergence of Alternatif Forms of Tourism. Dalam Valene L. Smith dan William R. Eadington, editors. Tourism A,lternatives: Potentials and Problems in the Development of Tourism. Chicester: John Wiley & Sons Ltd. P. 1-30
Hall, C. Michael dan Betty Weiler. 1992. Introductio: Whats Special Interest Tourism? Dalam : Betty Weiller dan Collin Michael Hall. Editors Special Interest Tourism. London: Belhaven Pres, P.1-14
Harahsheh, S. 2002. Curative Tourism in Jordan and its Potential Development. MA. In European Tourism Management, Bournemouth University.
Pearce, Douglas G. 1994. Alternatif Tourism: Concepts, Classifications, and Questions. Dalam : Valene L. Smith dan William R. Eaddington, editors. Tourism Alternatifs : Potentials and Problems in the Development of Tourism Chicester: John Willey & Sons Ltd. P. 15-30.
Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G.2005. Sosiologi Pariwisata. Kajian Sosiologis terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-Dampak Pariwisata. Yogyakarta: ANDI
Yoeti. Oka. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
No comments:
Post a Comment